Jumat, 17 Januari 2020

PANTANGAN MEMBUAT OGOH-OGOH WARGA RENON,DENPASAR-BALI



BAJRA SANDHI
IPada saat mendekati hari raya Nyepi, tentu saja hampir disetiap sudut di pulau Bali dihiasi pemandangan oleh ogoh-ogoh. Tapi lain halnya dengan daerah Renon. Yang warganya pantang untuk membuat ogoh-ogoh. Konon menurut cerita yang beredar bahwa setiap kali warga renon membuat ogoh-ogoh akan menjadi hidup.
Dari cerita yang didapatkan bahwa dulu pada saat pertama kali ogoh-ogoh mulai diselenggarakan dalam menyambut Hari Raya Nyepi, warga Renon pun ikut berpatisipasi. Saat itu, Banjar Tengah membuat ogoh-ogoh berwujud babi.
Namun, beberapa jam sebelum pengarakan ogoh-ogoh dimulai yakni saat Ida Bhatara masineb di Bale Agung setelah nyejer selama tiga hari sejak pelaksanaan melis, tiba-tiba saja penari Baris Cina yang merupakan tarian sakral warga Renon kerauhan. Pada saat yang sama muncul kegaduhan di banjar-banjar yang membuat ogoh-ogoh. Banyak warga melihat wujud ogoh-ogoh itu hidup. Seperti wujud babi hidup menjadi babi dan wujud ular hidup menjadi ular sehingga membuat para pengaraknya takut.
Sehingga saat itu munculah sebuah pawesik (wangsit) dari Ida Batara melalui para penari Baris Cina yang kerauhan bahwa Renon tidak boleh membuat ogoh-ogoh. Dikarenakan bahwa Ida Batara tidak berkenan di wilayah Desa Renon terdapat boneka raksasa itu.
Mulai dari kejadian itulah pantangan membuat ogoh-ogoh diterapkan oleh warga renon, meskipun tidak tertulis dalam awig-awig (peraturan) Desa Pakraman Renon dan hanya secara lisan. Tapi warga Renon sangat menghormati dan menaatinya.

MAKNA NGEMBAK GENI DALAM RANGKAIAN NYEPI DI BALI


OgohBeten-1
Setiap tradisi, setiap budaya selalu memiliki makna dan sejarahnya. Seperti sejarah tentang Ngembak Geni yang biasa dilakukan oleh umat Hindu di Bali pada khususnya. Ngembak Geni, dalam bahasa Bali memiliki pengertian yaitu Ngembak artinya bebas dan Geni artinya api. Jadi pengertian Ngembak Geni adalah bebas menyalakan api (dalam pengertian luas terbebas dan dapat kembali beraktifitas).
Ngembak Geni merupakan serangkaian tradisi setelah Nyepi. Yang mana sebelum Hari Raya Nyepi dilakukanMelastiPengerupukan (ngarak ogoh-ogoh) dan setelah Nyepi yaitu Ngembak Geni. Pada saat ngembak geni biasanya umat Hindu di Bali melakukan persembahyangan memanjat syukur dan memohon agan Tuhan senantiasa selalu memberikan perlindungan-Nya. Selain itu saat Ngembak Geni juga dilakukan Dharma Shanti (bersilaturahmi dan saling memaafkan), baik di lingkungan teman, keluarga maupun masyarakat.
Pada saat Ngembak Geni juga ada sebuah tradisi unik dari Desa Sesetan yaitu tradisi omed-omedan yang merupakan salah satu wujud dari Dharma Shanti (menjalin silaturahmi).

PELAKSANAAN HARI RAYA NYEPI YANG SESUNGGUHNYA


nyepiNyepi adalah hari raya umat Hindu yang dirayakan setiap tahun Baru Saka. Hari ini jatuh pada hitungan Tilem Kesanga (IX) yang dipercayai merupakan hari penyucian dewa-dewa yang berada di pusat samudera yang membawa intisariamerta air hidup. Untuk itu umat Hindu melakukan pemujaan suci terhadap mereka.
Tujuan utama Hari Raya Nyepi adalah memohon ke hadapan Tuhan Yang Maha Esa, untuk menyucikan Bhuana Alit (alam manusia/microcosmos) dan Bhuana Agung/macrocosmos (alam semesta). Sebelum Hari Raya Nyepi, terdapat beberapa rangkaian upacara yang dilakukan umat Hindu, khususnya di daerah Bali yaitu MelastiTawur (Pecaruan) dan Pengerupukan.
Keesokan harinya, yaitu pada pinanggal pisansasih Kedasa (tanggal 1, bulan ke-10), tibalah Hari Raya Nyepi sesungguhnya. Pada hari ini suasana seperti mati. Tidak ada kesibukan aktivitas seperti biasa. Pada hari ini umat Hindu melaksanakan “Catur Brata” Penyepian yang terdiri dari amati geni (tiada berapi-api/tidak menggunakan dan atau menghidupkan api), amati karya (tidak bekerja), amati lelungan (tidak bepergian), dan amati lelanguan(tidak mendengarkan hiburan). Serta bagi yang mampu juga melaksanakan tapa, brata, yoga, dan semadhi.
Tapi dijaman sekarang ini banyak yang masih ingat apa itu Catur Brata tapi banyak yang melupakan apa itu makna dan bagaimana pelaksaan sesungguhnya dari Catur Brata. Contohnya saja pelaksanaan dari amati lelanguan dan amati lelungan.Dimana tidak boleh bepergian dan dan melakukan hiburan masih banyak yang tidak melaksanakannya.
Marilah di Hari Raya Nyepi yang sebentar lagi akan datang kita melaksanakan Catur Brata karena  semua itu menjadi keharusan bagi umat Hindu agar memiliki kesiapan batin untuk menghadapi setiap tantangan kehidupan pada tahun yang baru.

PERTAMA KALI DIADAKANNYA PESTA KESENIAN BALI

pesta kesenian bali
Pesta Kesenian Bali (PKB) merupakan kegiatan yang rutin diadakan di Bali, yang bertujuan sebagai media dan sarana untuk menggali dan melestarikan seni budaya serta meningkatkan kesejahteraan.
Penggalian dan pelestarian seni budaya meliputi filosofi, nilai-nilai luhur dan universal, konsep-konsep dasar, warisan budaya baik benda atau bukan benda yang bernilai sejarah tinggi, ilmu pengetahuan dan seni sebagai representasi peradaban serta pengembangan kesenian melalui kreasi, inovasi, adaptasi budaya dengan harapan agar tetap hidup dan ajeg tak hilang ditelan waktu dan jaman yang semakin berkembang.
Pesta Kesenian Bali (PKB) pertama kali diadakan pada tahun 1979 dan Almarhum Bapak Prof. Dr. Ida Bagus Mantra sebagai penggagas awal pergelaran acara ini. Tujuan lain dari Pesta Kesenian Bali (PKB) ialah untuk menampung hasil karya cipta, seni dan aspirasi berkesenian baik kesenian hasil rekonstruksi, seni hasil inovasi, atraksi kesenian serta apresiasi seni dan budaya masyarakat Bali khususnya.

PRO KONTRA TAJEN, APAKAH TABUH RAH ATAU JUDI?


tajen
Bali selalu memiliki banyak budaya dan tradisi yang unik dan menjadi suatu hal yang menarik untuk diperhatikan. Seperti halnya Tajen atau sabung ayam, yang merupakan sebuah tradisi di Bali yang merupakan rangkaian dari upacara Dewa Yadnya yang disebut Tabuh Rah.
Tabuh rah ini mempersyaratkan adanya darah yang menetes sebagai simbol / syarat menyucikan umat manusia dari ketamakan atau keserakahan terhadap nilai-nilai materialistis dan duniawi. Tabuh rah juga bermakna sebagai upacara ritual buta yadnya yang mana darah yang menetes ke bumi disimbolkan sebagai permohonan umat manusia kepada Sang Hyang Widhi Wasa agar terhindar dari marabahaya.
Dewasa ini tradisi ini mengalami pergeseran makna yang mengarah kepada perjudian. Dalam Ensiklopedia Indonesia Judi diartikan sebagai suatu kegiatan pertaruhan untuk memperoleh keuntungan dari hasil suatu pertandingan, permainan atau kejadian yang hasilnya tidak dapat diduga sebelumnya.
Pemerintah pun melakukan gebrakan adanya wacana PERDA (Peraturan Daerah) tentang tajen yang sempat menuai pro dan kontra. Jika sebagai sebuah perjudian, maka tajen dilarang agama. Dalam kitab Rg Weda ada ketentuan sebagai berikut.
Aksair ma divyah krsimitkrsasva vite ramasva bahu manyamanah tatra gavah kitavahtatra jaya tanme vi caste savitaymaryah (10.34.13).
Artinya, wahai penjudi jangan bermain judi, lebih baik menjadi petani, di sanalah kekayaan berlimpah ruah, di sanalah sapi perahanmu, di sanalah kebahagiaan istrimu, demikianlah dikatakan oleh Dewa Savita.
Baik,buruk,benar dan salah tergantung dari masing-masing individu masyarakat menilainya. Tentu sebuah tradisi atau budaya memang selayaknya harus dilestarikan dan harus diingat bahwa sebuah tradisi yang baik dan bermakna positif harus selalu di bawa tetap pada jalurnya jangan sampai merubah makna dari sebuah tradisi itu sendiri.